Friday, March 22, 2019

Materi Bina Keluarga Remaja (BKR) Tentang Perencanaan Keluarga

Bismillahirahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahiwabarakatuh

Setelah sebelumnya memposting materi pendahuluan Bina Keluarga Lansia (BKL), maka kali ini saya akan membagikan materi terkait Bina Keluarga Remaja (BKR).

Materi yang sudah cukup lawas ini, saya susun pada tanggal 2 Oktober 2018 lalu untuk bahan saya penyuluhan pada kelompok binaan BKR saya di Kampung KB Desa Pancur Mas. Pertimbangan saat itu karena minimnya tempat untuk penyuluhan dengan menggunakan LCD atau Infocus, maka saya berinisiatif membuat leaflet yang berisi tentang materi BKR. Selain itu, materi leaflet BKR ini juga bisa dibawa pulang oleh peserta penyuluhan. Seperti yang kita tahu bahwa peserta BKR adalah keluarga yang memiliki anak remaja. Dengan dibawa pulang materi tersebut, harapannya dapat dibaca oleh Remaja sehingga pesan yang diterima oleh orang tua dan remaja akan sama.

Demikian kami sampaikan materi BKR terkait perencanaan keluarga.





Semoga materi ini bermanfaat terutama bagi sesama PKB/PLKB dalam membina BKR.

Wassalamualaikum Warrahmatullahiwabarakatuh

Ari Andrika, S.Kep.
PKB Ahli Pertama
Perwakilan BKKBN Sumatera Selatan
Jumat, 22 Maret 2019

Tuesday, March 5, 2019

STUNTING : PERMASALAHAN DAN CARA MENGATASINYA



Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia). 

Sedangkan menurut BKKBN, Stunting adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama, sejak konsepsi, kehamilan hingga usia 2 tahun dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

Sesuai pengertian tadi bahwa stunting dapat menyebabkan gagal tumbuh. Gagal tumbuh tersebut dapat terjadi dalam 2 masa, yaitu masa kandungan dan masa kelahiran.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2016 menurun di peringkat 113, dari posisi 110 pada tahun 2015. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan ini adalah kondisi gizi kronis. Situasi gizi kronis ini menghasilkan kondisi gagal tumbuh dari Balita (Stunting).

Stunting terjadi baik dikalangan berpendapatan rendah maupun tinggi dan disebabkan oleh kekurangan gizi dalam waktu yang lama pada periode 1000 hari pertama kehidupannya. 2 hal yang menyebabkan stunting dalam periode 1000 hari pertama adalah pola asuh yang tidak sesuai menyebabkan kurangnya asupan gizi dan pola hidup yang tidak bersih (BAB Sembarangan) menyebabkan infeksi bakteri/kuman.

Penyebab stunting yang lebih kompleks adalah faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil dan balita, kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi, masih terbatasnya layanan kesehatan dan masih kurangnya akses kepada makanan bergizi dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.


Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dampak jangka panjang adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua. Kesemuanya ini akan menurunkan kualitas SDM Indonesia, produktifitas dan daya saing bangsa.

Stunting dapat dicegah melalui 10 cara berikut : 1. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan, 2. Pemberian makanan tambahan ibu hamil, 3. Pemenuhan gizi, 4. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli, 5. IMD (Inisiasi Menyusui Dini), 6. Berikan ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan, 7. Berikan makanan pendamping ASI untuk bayi diatas 6 bulan hingga 2 tahun, 8. Berikan imunisasi dasar lengkap dan vitamin A, 9. Pantau pertumbuhan balita di Posyandu terdekat, 10. Lakukan perilaku Hidup Bersih dan Sehat.


Manfaat yang dapat dirasakan apabila melakukan pencegahan stunting adalah menurunnya tingkat kesakitan/kematian bayi dan anak, meningkatnya perkembangan kognitif, motorik dan sosio-emosional, meningkatnya prestasi dan kapasitas belajar, meningkatnya kualitas orang dewasa, menurunnya obesitas dan penyakit tidak menular (PTM) serta meningkatnya kapasitas kerja dan produktifitas.

Pada gilirannya ini akan mengurangi angka kemiskinan, mengurangi beban Negara untuk mengeluarkan biaya kesehatan, menghilangkan kesenjangan dan menyiapkan Indonesia dalam menghadapi persaingan di era pasar bebas.




DAFTAR PUSTAKA

1. DITVOKKOM. 2018. Mencegah Stunting Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Di Seluruh Tahap Kehidupan (POLICY BRIEF). BKKBN : JAKARTA




2. KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI. 2017. Buku Saku Desa Dalam Penanganan Stunting. JAKARTA. 





Disusun oleh :

Ari Andrika, S.Kep
PKB Ahli Pertama
Perwakilan BKKBN Sumatera Selatan